Rabu, 11 November 2009

K.H Imam Mudjani Bunyamin


K.H Imam Mudjani, demikian nama lengkapnya, lima puluh empat tehun silam, tepatnya 11 September 1951, sosok sumeh dan kharismatik ini dilahirkan. Beliau terlahir sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara. Tempat tinggalnya di Susukan, Cirebon. Dengan tekad dan kegigihannya bapak delapan anak ini tercatat sebagai pendiri pondok Pesantren Darussa’adah yang bertempat di Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.
Dibawah asuhan KH. Bunyamin dan Nyai Sa’adah, Imam Muzani kecil menikmati masa keceriaan dimasa belia penuh dengan pendidikan sebagai anak yang terlahir dikalangan orang alim. Beliau mendapat pendididkan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Kepada kakeknya; KH Abdul Syukur, yang merupakan murid Kyai Idris Jamsaren Solo, beliau benyak menimba ilmu-ilmu dasar-dasar keislaman, utamanya membaca Al Qur’an. Asuhan intensif kakeknya menjadikan Muzani kecil seorang sosok yang gandrung mengaji dan beribadah. Sehingga diusianya yang masih belia sudah tampak terbukti kepintaran dan kemahirannya dalam masalah agama dan memiliki akhlak mulia, sopan santun yang sempurna dibandingkan dengan teman sebayanya.
Kecintaan akan mengaji yang terbentuk sejak dini, mulai menemukan kematangannya manakala beliau didididk oleh orang tuanya sendiri; KH. Bunyamin setelah tamat Sekolah Rakyat (SR); setingkat SD, pada tahun 1963. beliau tidak melanjutkan pendidikan formal kejenjang berikutnya, karena pada waktu mengikuti ujian pendaftaran yang seharusnya dilakukan dua kali, beliau hanya bisa mengikuti sekali. Akhirnya beliaupun memutuskan untuk memilih terjun dan mendalami ilmu bidang keagamaan. Mulai dari sinilah
KH. Imam Muzani memfokuskan diri dan menekuni dalam bidang ilmu keagamaan. Hari-harinya diisi dengan mengkaji kitab-kitab kuning dan hafalan. Ketekunan, keprihatinan dan kedisiplinannya selalu mendapatkan pengawasan khusus dari ayahnya. Maka tidak aneh jika dalam usia yang sangat muda KH. Imam Muzani mampu menghafal dan menguasai kitab Alfiyah (seribu bait) dengan baik dan sempurna. Menurutnya, didikan orang tua sangat membekas sampai sekarang.
Merasa belum cukcup dengan apa yang ia miliki, maka pada tahun 1968 KH. Muzani memperluas cakrawala ilmu agama dengan berkelana keberbagai Pondok pesantren, seperti Lirboyo (Jatim), menjadi tujuan pertama dalam memperluas ilmunya. Selama kurang lebih dua tahun di Lirboyo kemudian melanjutkan ke Ploso selama empatbelas bulan. Dalam tujuan pencarian ilmunya beliau kemudian meneruskan ke Pesantren Lirap, Petanahan, Kebumen yang saat itu di asuh oleh KH Durmuji Ibrohim. Setelah selesai, beliau meneruskan untuk bertabaruk pada Kyai Qulyubi di Solo dan Kyai Chumeidi di Kaliwungu. Tahun 1974 beliau pindah kepesantren Cidanu, Radasari, Padegelang, Banten yang saat itu diasuh oleh Syekh Dimyati. Juli 1975 beliau didawuhi oleh gurunya (Syekh Dimyati) untuk mencari kitab Al Umm( karangan Imam Syafi’I). Dua puluh eksemplar dari kitab Al Umm beliau dapatkan. Belum sempat dikajinya, KH. Durmuji Ibrohim, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum lirap datang menemui Syekh Dimyati tentang keinginannya mengambil Imam Muzani sebagai menantunya. Setelah mendapat persetujuan dari ayahnya, KH Imam Muzani mendengar kabar baik itu. Tanpa basa basi, Syekh Dimyati menyuruh KH. Imam Muzani untuk segera menikah. Menanggapi keputusan gurunya, beliau sempat protes akan masalah kitab Al Umm yang akan dipelajarinya. Berkat kebijaksanaan gurunya yang tetap memojokkan dengan berkata “wis kitab Al Umm-e diganti bojo wae“, akhirnya beliaupun mengikuti dawuhnya. Tepat bulan Agustus 1975, beliau resmi menikah dengan putri KH. Durmuji Ibrahim sekaligus menetap dikediaman mertuanya (di Pon. Pes. Miftahul Ulum, Lirap).
setelah itu beliau meminta ijin kepada gurunya yang sekaligus mertuanya untukbertempat tinggal didaerah bulus, petanahan kemidian beliau mendirikan pondok pesantren yang semakin lama semaikin berkembang hingga sekarang. beliau adalah seorang tokoh besar, seorang ulama karismatik, beliau seorang da’I yang kalem. Beliau juga pernah menjadi Rais Syuriyah PCNU kebumen dan ketua Dewan Syuro PKB di tahun 1999. pada tahun 2004 beliau seorang calon wakil Bupati dari PKB bersama Bapak Kusnanto. Beliau meninggal pada 9 September 2009 di Cirebon Jabar dan di makamkan di Pemakaman keluarga di Bulus Kritig Petanahan Kebumen. Semoga di terima di sisi Allah SWT. Amien. Beliau telah banyak meninggalkan kawruh kepada segenap santrinya semoga beliau selalu mendapat rahmat dan berkah ALLAH swt......annALLAHI yu'li darajatihim, fil jannati wa yanfa'una bibarakatihim wa asrarihim wa 'ulumihim fiddini waddunya wal akhirah..al-fatihah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar