Jakarta dengan predikat sebagai kota metropolitan , dengan hingar bingar tempat hiburan dan maksiat yang merajalela. Kalau bukan karena cinta Alloh kepada Ulama dan Habaib yang senantiasa menggelar majlis majlis ilmu dan majlis majlis dzikir Sudah Alloh luluh lantahkan kota jakarta ini . Majlis ilmu dan dzikir yang telah meredam murka Alloh. Ulama dan habaib yang menjadi Paku dan benteng dalam mengajak umat untuk selalu taat terhadap perintah Alloh.
Sekitar tahun 1940 Jakarta atau dulu di sebut Betawi punya Banyak Tokoh ulama dan pejuang dan yang paling menjadi panutan dan memiliki banyak murid yang tersebar di tanah air adalah Habib Ali al habsyi, habib Ali bin husen Al athos dan habib Salim bin Jindan. Trio Ulama tersebut yang dengan gencar memperjuangkan Syiar-syiar agama alloh.
Habib Ali bin Husein Al athos adalah Ulama kelahiran Hadro maut terkenal dengan julukan Habib Ali Bungur. Lahir di Huroidhah 1 muharam 1309 H atau bertepatan 1889 M . Nama lengkap beliau Al-Habib Ali bin Husein bin Muhammad bin Husein bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Sejak kecil habib ali belajar kepada para ulama – ulama Setempat , sejak dulu sampai saat ini kota Hadro maut gudangnya para ulama dan auliya, bahkan salah seorang ulama di Jawa timur bahwa tukang sapu ditarim banyak berpredikat sebagai Wali, itu baru tukang sapunya bagaimana dengan Ulamanya. Setelah sekian lama belajar di kotanya Habib ali melakukan pengembaraan ke kota suci mekkah untuk bejalar sekaligus menunaikan ibadah haji. Di Mekkah habib ali mempergunakan waktunya untuk belajar kepada para ulama setempat . Kurang lebih 4 tahun lamanya beliau di Mekkah akhirnya sekitar tahun 1916 Habib Ali melakukan dakwah ke berbagai negara hingga akhirnya Beliau Singgah dan menetap di Jakarta . Di samping melakukan Dakwah di Jakarta Habib Ali juga tak segan segan untuk belajar dan mengambil Tabaruk dari Para ulama -ulama Sepuh di tanah air, Seperti habib Muhammad al muhdhor (bondowoso ), Habib Abdullohbin Muhsin Al athos ( Bogor).
Pergolakan politik di tanah air memicu juga semangat Habib Ali Bungur untuk mengobarkan semangat Jihad melawan penjajah dan komunis yang telah cukup lama membuat bangsa indonesia menderita belum lagi para penjajah melakukan Misi menyebarkan Agama Nasrani dengan melakukan tebar pesona dan simpatik agar rakyat yang telah menderita mau mengikuti agamanya . Belum lagi muncul nya aliran Komunis anti Tuhan ( atheis ) yang bernaung di bawah partai PKI Hal inilah yang membuat Habib Ali bungur dan Para Ulama ulama betawi lainnya berusaha sekuat tenaga menjaga Aqidah umat Islam agar mereka terbentengi dan tetap teguh memegang ajaran Islam yang sebenarnya.
Habib Ali bungur sosok ulama yang tawadhu dan konsisten dalam menjalankan ajaran agama, Wibawa dan pengaruh beliau sangat besar dalam perkembangan islam di Betawi, beliau tak segan segan menegur pejabat dan aparat pemerintahan yang singgah kerumahnya untuk lebih mencintai warganya. Kehidupannya sangat sederhana tak silau dengan gemerlap dunia. Walaupun demikian beliau menganjurkan agar Rakyat hidup berkecukupan dan tidak menderita.
Salah seorang ulama dan pengasuh Pon -pes Darul Hadist Al faqihiyyah malang Al marhum Al habib Abdulloh bil Faqih pernah mengatakan bahwa Habib Ali bungur adalah seorang Wali Qutub di jamannya dan seorang pemimpin Rohani Islam yang selalu konsiten mengamalkan syariat-syariat Islam .
Ulama – ulama besar betawi banyak belajar kepada Habib Ali Bungur diantaranya seperti KH Abdullah Syafi`i, KH Tohir Rohili, KH Fatullah Harun, KH Hasbialloh, KH Ahmad Zayadi Muhajir, KH Achmad Mursyidi, Syekh KH Muhammad Muhadjirin Amsar Ad-Dary, mu`allim KH M Syafi`i Hadzami dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang tersebar di tanah air.
Habib Ali bungur sangat mencintai dan menghormati para ulama shalafus Sholeh hingga beliau mengarang kitab tentang sejarah perjalanan ulama -ulama Hadro maut dari tanah kelahirannya sampai ke indonesia. Kitab tersebut di beri judul Tajul A’ras fi Manaqib Al-Qutub Al-Habib Sholeh bin Abdullah Al-Attas, disamping memuat Manakib shalafus Sholeh juga Kitab tersebut berisi Mutiara – mutiara Tashauf dan Thariqoh Alawiyyah .
Pagi tanggal 16 Feburuari 1976 Habib Ali Bungur menghembuskan Napasnya yang terakhir, Langit Jakarta menjadi mendung tetesan dan linangan air mata mengalir dari murid murid beliau dan rakyat yang sangat mencintai beliau . Ribuan Peziarah berdatangan dari berbagai pelosok nusantara untuk memberikan penghormatan terakhir, Jakarta kehilangan sosok ulama yang menjadi panutan dan guru para ulama di Jakarta. (kutipan dari sachrony, sachrony wordpres.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar